Di
suatu sudut pekarangan rumah yang tidak istimewa, hiduplah ibu
dandelion. Udara siang yang hangat diiringi kicauan burung yang sesekali
terdengar, menentramkan setiap relung hati yang mencari ketenangan
jiwa. Rumput-rumput menyibakkan keharumannya yang khas.
Ibu dandelion tampak bahagia. Anak-anaknya
yang masih halus terlihat menggelantung pada kelopaknya yang khas.
Hempasan angin menerbangkan anak-anaknya, hingga tersisa sejentik halus
satu anaknya. Anak dandelion ini berusaha menggenggam erat-erat ibunya,
melawan hempasan angin yang ingin menerbangkannya.
Ibu
dandelion heran dan bertanya, “Mengapa engkau tetap bertahan di sini,
nak?” “Aku tidak ingin meninggalkan ibu,” anak dandelion bergumam,
“nanti ibu kesepian, sendirian di pekarangan ini.”
Ibu dandelion tersenyum dan berkata, “Ibu tidak apa-apa. Pergilah,
terbanglah jauh ke angkasa, lihatlah dunia yang luas ini, nak…”
“Tidak!”, anak dandelion bersikukuh.
Ibu
dandelion kemudian bercerita, “Dulu sewaktu kecil, ibu tinggal di padang
rumput yang luas. Angin menerbangkan kami semua. Ada yang hanya terbang
sedikit dan jatuh masih di padang rumput, ada yang terbang jauh
melewati gunung dan tiba di rimba raya, ada yang menyusuri sungai dan
sampai di petak sawah, ada yang hinggap di sayap burung dan terbawa
hingga ke negeri nun jauh di sana…” Terhenti sejenak, sambil tersenyum
ibu dandelion menambahkan, “Ibu sendiri terbang jauh sekali dan jatuh di
pekarangan rumah ini.”

Anak
dandelion agak terkesima mendengar penuturan ibunya. “Ibu terbang
tinggi sekali, melewati hamparan padang rumput luas yang seakan menyatu
dengan cakrawala. Atap-atap rumah tampak kecil di kejauhan. Malam hari,
bintang-bintang berkelip menemani perjalanan ibu,” sambil menarik nafas
dalam dan memandang angkasa, ibu dandelion bergumam lagi, “perjalanan
panjang itu akhirnya berakhir di pekarangan ini. Tapi, ibu tidak pernah
menyesali apapun. Ibu bahagia dapat tumbuh di tempat baru ini, pernah
terbang melewati bentang alam nan luas, hingga sekarang memiliki
anak-anak yang kemudian terbang jauh, masing-masing akan memiliki
kisahnya tersendiri.”
“Terbanglah nak, ibu tidak apa-apa di sini. Lihatlah dunia yang luas ini.”
“Ibu…..!!!”
Angin menerbangkan si anak dandelion, jauh…jauh sekali.
“Pergilah
nak…engkau akan tumbuh dewasa, engkau akan punya banyak kisah untuk
diceritakan kelak,” bisik ibu dandelion dalam hati.
Angin
lalu membawa anak dandelion pergi hingga tak tampak lagi, dan dari
halaman rumah itu, sang ibu dandelion tersenyum bangga.
*Setiap jentik Dandelion mempunyai kisah yang berbeda, tapi tahukah kalian apa kesamaan mereka? Kemanapun
angin akan membawa mereka, mereka akan tetap hidup, mereka akan
menciptakan suatu kehidupan Dandelion baru. Gambaran kepasrahan
Dandelion terhadap angin yang menerbangkannya, mencerminkan ketaatan kepada Sang Pencipta untuk menjalani siklus kehidupannya yang tak mudah dengan hati penuh ikhlas. :)